Kamis, 09 Juni 2011

Bilangan dan Rahasia di Baliknya

0 . Bilangan 0, Sebuah Ketiadaan
Beberapa ahli matematika berpendapat bilangan nol (0) diciptakan di India. Namun sampai sekarang, belum ada orang yang mengetahui secara pasti sejarah penciptaan bilangan nol ini. Kita hanya dapat mengetahui bahwa bilangan nol sudah ada pada awal abad ke-6 SM, karena bilangan nol telah muncul dalam tulisan pada waktu itu. Pada masa itu, bilangan nol dikenal dengan istilah "sunya" yang berarti "kosong".
"Sunya" dai India ini kemudian diterimah oleh bangsa Arab yang menamakannya menurut artinya, yaitu "al-sifr" atau "sifr". "Sifr" berarti "tempat kosong". "Sifr" inilah yang kemudian masuk ke Eropa dan menjadi kata "zephirum" atau "cephirum" serta bentuk-bentuk ubahan lainnya. Disamping itu, ada pula yang mengambil artinya sehingga berbentuk kata "nulla figura" yang berarti "bilangan kosong". Melalui kata "nulla" ini, kita temukan kata "nol" yang kita pergunakan sekarang ini.

Pada zaman dahulu, di Cina dan Maya, bilangan nol terutama diprlukan untuk menyatakan lambang bilangan yang ditulis berdasarkan sistem letak bilangan. Dalam sistem vigesimal Maya, bilangan nol terletak dibelakang bilangan 19. Mereka menuliskan lambang untuk bilangan nol ini berupa tiram kosong yang bernama "xok".


Dalam sistem berhitungan nol sangta sekarang ini, peranan bilangan sangaatlah penting. Peter Baslow dalam bukunya "New Mathematical dan Philosophical Dictionary" (1814), menyatakan bahwa penemuan  dari  bilangan nol sebagai lambang dari klasifikasi yang hilang. Nol mungkin satu diantara langkah yang paling penting yang pernah diambil dalam matematika. Hal ini membangkitakan penghormatan terhadap penciptanya, layaknya penghormatan terhadap setiap pencipta laindalam sejarah ilmu pengetahuan. Tanpa bilangan nol program komputer takkan pernah ada, sebab komputer hanya dapat dioperasikan dengan menggunakan  kode-kode yang terdiri atas bilangan nol dan bilangan satu yang disebut sistem operasi biner.


1. Bilangan 1, Sebuah Permulaan 
Menurut Pytagoras, 1 adalah asal mula dari semua bilangan. Sekalipun merupakan bilangan ganjil, ia memandang bilangan ini bersifat maskulin dan feminin, walaupun cenderung lebih dekat pada sifat maskulin. Jika ditambahkan sebuah bilangan maskulin, 1 menghasilkan sebuah bilangan feminin, misalnya 3+1 = 4. Sebaliknya, jika ditambahkan sebuah bilangan feminin, 1 menghasilkan sebuah bilangan maskulin, misalnya, 4+1 = 5 .
Sementara itu seorang mistikus Protestan Jerman, Valentin Weigel, menyebut misteri bilangan 1 sebagai bilangan dewa dengan satu ungkapan yang indah, "satu adalah sebuah kesimpulan dan konsep dari semua bilangan 2,3,4,5,10,100,1.000". Saya mengibaratkan Tuhan dengan bilangan pertama ini, sedangkan makhluk sebagai bilangan-bilangan lainnya karena Tuhan adalah satu, sedangkan makhluk bersiftat ganda. "
Bagi mistikus Islam, nilai numerik bilangan 1 untuk huruf alif, yaitu huruf pertama dalam alfabet Arab dan huruf pertama dalam nama Allah. Para mistikus Islam ini berpendapat huruf ini mengandung semua kearifan dan pengetahuan.


2. Bilangan 2, Sebuah Perpecahan
Dua adalah keraguan, perpecahan, perselisihan, pertikaian.
Dua adalah buah kembar di ranting, manis, dan pahit.
Rucket merangkai kata-kata cerdas ini dalam bukunya "The Wisdom of The Brahmin" untuk banyaknya sifat negatif yang dimiliki oleh bilangan 2. Dalam tradisi-tradisi keagamaan, 2 berarti perpecahan, terbelahnya esaan suci yang mutlak. Oleh karena itu, 2 merupakan bilangan yang menyangkut dunia makhluk. Sebagaimana pendapat Valentin Weigel pada abad ke-16 , "Makhluk itu dengan sendirinya berwatak ganda".
Gereja Kristen juga mempunyai pandangan negatif terhadap bilangan 2. Maka menganggap bilangan 2 melambangkan penyimpangan dari ketunggalan. Selain itu, 2 adalah bilangan yang dikaitkan dengan kaum Ahli Bid'ah, yang dalam kata-kata Gregorius Agung, " duplex cor", artinya memiliki dua hati sehingga tidak mengikuti ajaran injil dengan sepenuh hati. 


3. Bilangan 3, Sebuah Keutuhan 
Menurut Pytagoras, bilangan 3 merupakan bilangan "nyata" pertama dan bilangan pertama yang memiliki bentuk geometris karena 3 titik menutup segitiga. Bidang pertama inilah yang bisa ditangkap oleh alat-alat indra kita. 
Pytagoras mengartikan segitiga sebagai awal perkembangan alam kosmis karena bentuk-bentuk geometris seperti persegi dan bintang enam dapat dibentuk darinya.
Karakter misterius bilangan 3 sering dituangkan ke dalam puisi, seperti dalam Sepmaine yang terkenal sebagai karya pemikir Prancis abad ke-16, Du Bartes berikut ini. 
Bilangan ganjil tertua, bilangan Tuhan setepatnya...
Bilangan langit terkasih yang titik tengahnya tertutup
Berjarak sama dari kedua tepinya
Bilangan pertama yang mempunyai awal, tengah, dan akhir


4. Bilangan 4, Sebuah keidealan 
Dalam tradisi klasik,perhatian yang besar pada bilangan 4 sebagai bilangan ideal diigambarkan secara jelas dalam ajaran-ajaran Pythagoras. Pythagoras, bilangan 4 menawarkan sebuah bentuk geometris yang dapat dikenali dengan mudah dan jelas. Karenanya bentuk-bentuk bidang empat, khususnya persegi yang dianggap sebagai bentuk yang sempurna. Bahkan dahulu di Inggris, orang-orang menyebut "manusia persegi" untuk menggambarkan manusia yang ideal. 
Dengan memanfaatkan ide-ide Pythagoras, para pendeta gereja dan filsuf Eropa Abad Pertengahan menemukan banyak bentuk tetra dari 4 unsur yang menjadi fungsi penata sampai 4 watak yang menjelaskan aneka ragam kekuatan psikologis manusia. 


5. Bilangan 5, Sebuah Cinta
Dalam matematika murni yang dikenalkan oleh Pythagoras, bilangan 5 dipandang sebagai bilangan yang paling tepat untuk mengungkapkan paduan antara laki-laki dan perempuan karena bilangan 5 adalah sebauh paduan tak terpisahkan antara 3 yang maskulin dan 2 yang feminin. oleh karena itu, 5 sering disebut sebagai bilangan cinta atau bilangan pernikahan.


6. Bilangan 6, Bilangan Sempurna 
Menurut sistem-sistem kuno dan Neoplatonik, 6 adalah bilangan paling sempurna karena merupakan bilangan paling sempurna karena merupakan penjumlahan dan hasil perkalian faktor-faktornya. Bilangan 6 adalah hasil penjumlahan dari 1+2+3 dan hasil perkalian 1x2x3. Selain itu, 6 merupakan hasil perkalian dari bilangan maskulin pertama, yaitu 2, dengan bilangan feminin pertama, yaitu 3. Bilangan 6 merangkum semua bentuk geometris, yaitu titik, garis, dan bidang.

7. Bilangan 7, Pilar-Pilar Kearifan
Bilangan 7 telah memesona manusia sejak zaman dahulu. Dalam sebuah studi yang bertajuk "Seven: The Number of Creasion", Desmon Varley berusaha meringkas segala sesuatu didunia nyata ini menjadi bilangan 7. Menurutnya, sebenarnya dunia ini tersusun atas tiga prinsip kreatif dan empat unsur kekuatan sensual yang selaras. Ketiga prinsip kraetif tersebut adalah intelek aktif, bawah sadar pasif, dan kekuatan penata kerjasama. Sementara keempat unsur kekuatan sensual yang selaras tersebut adalah udara=kecerdasan, api=kehendak, air=emosi, dan tanah=moral.


8. Bilangan 8, Bilangan Keberuntungan 
Pada zaman dahulu, bilangan 8 dipandang menarik karena alasan-alasan matematis semata. Sebenarnya, bilangan 8 lebih menarik dari sekedar rumusan matematis. Pada zaman dahulu, bilangan 8 dianggap sebagai bilangan keberuntungan karena merupakan bilangan karena merupakan bilangan para dewa. Ide bilangan 8 sebagai bilangan keberuntungan tergambar dalam tradisi India dan Cina. Dalam tradisi India, bunga teratai bermahkota 8 menggambarkan keberuntungan dan kebahagiaan. Di Cina, bilangan 8 juga sangat dihargai, bukan hanya karena 8 simbol Buddihsme tetapi juga 8 ajaran mulia Konfusianisme. 

9. Bilangan 9, Bilangan Pesakitan
Bilangan  9 dapat diartikan bermacam-macam. Pada suatu ketika, aspek kenegatifan yang ditekankan. Misalnya oleh Petrus Bungus, yang menyamakan 9 dengan sakit dan  kesedihan, serta mengatakan bahwa mazmur kesembilan berisi ramalan Antikristus. Bilangan 9 lagi-lagi dikaitkan dengan penderitaan karena fakta menunjukan bahwa Kristus meninggal pada jam 9. Oleh karena itulah, jam 9 dianggap sebagai ketiadaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar